ni adalah tips umum yang sering saya sarankan dan saya terapkan kepada para penyanyi yang secara langsung berurusan dengan saya pada saat rekaman.
Hal pertama yang paling penting, tanpa mengabaikan kemampuan tehnik vokal adalah :
“HILANGKAN PERSEPSI BAHWA REKAMAN ITU MENYERAMKAN, BAGAIKAN MASUK KE RUANG OPERASI DI RUMAH SAKIT.”
Seharusnya, di saat masuk studio rekaman, penyanyi harus dengan mood yang bagus, jauh dari stress, stamina yang baik, dan penguasaan lagu yang juga baik.
Tapi yang terjadi di lapangan pada umumnya, menurut pengalaman saya adalah :
Disaat penyanyi datang ke studio (khususnya bagi pemula), wajah dan tingkah laku gugup, pada saat take vocal, pitch tidak kontrol, jangkauan/range suara menyempit, seluruh tehnik bernyanyi seakan-akan tertinggal di rumah.Ini adalah salah satu kesalahan fatal dari penyanyi tersebut, sehingga hal ini membuat vocal director ataupun operator menjadi mudah marah, sering membentak, dan si penyanyi pun down mentalnya, semua seakan-akan terpaksa, tidak nyaman, dan sudah tidak tau mana yang bagus. Jadi siapa yang harus disalahkan, dan apa yang salah?
Pada kasus seperti ini, menurut saya, semua pihak salah ?. Si penyanyi terlanjur memiliki persepsi bahwa rekaman itu “menyeramkan”, si pencipta lagu tidak mau lagunya di ubah sedikit agar bisa disesuaikan dengan si penyanyi sedangkan si vocal director juga entah karna mengejar waktu atau hal lain, menjadi mudah marah dan kurang melihat dan mengerti kondisi mental si penyanyi.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang sering saya temui di studio lain, maka saya pun mengubah pola kerja kami dalam urusan take vocal ini.
Cara yang kami terapkan pada saat penyanyi datang ke studio untuk tujuan take vocal adalah:
* Membangun komunikasi 2 arah terlebih dahulu dengan si penyanyi, ngobrol santai di luar konteks urusan lagu, rekaman, dan hal-hal teknis lainnya;
* Disaat kami rasa bahwa komunikasi yang baik sudah mulai terbangun, baru kami arahkan ke masalah lagu, dengan cara berlatih dengan diiringi gitar maupun keyboard, dengan menggunakan nada dasar 2 nada dibawah nada yang kami anggap terbaik bagi si penyanyi tersebut.
* Maksud kami menurunkan 2 nada pada saat latihan adalah : agar si penyanyi lebih santai pada saat diarahkan mengenai tehnik menyanyikan lagu yang akan di bawakan, baik tehnik vibrasi, pernapasan, cengkok, improvisasi dan tehnik-tehnik lain yang kami anggap perlu untuk lagu tersebut.Disaat latihan sedang berjalan, perlahan kami akan menaikkan nada dasar lagu tersebut sedikit demi sedikit sampai pada nada dasar yang kami anggap terbaik untuk lagu dan penyanyi tersebut.
* Nada yang terbaik menurut kami BUKAN & TIDAK SELALU nada yang paling tinggi yang bisa dicapai penyanyi tersebut, TETAPI nada yang bisa menghasilkan warna suara (tone color/timbre) terbaik dari si penyanyi, sehingga si penyanyi bisa lebih leluasa untuk mengeksplorasi tehnik bernyanyinya pada lagu yang akan dibawakan dengan tetap mempertahankan warna suara terbaik tanpa harus terkesan tercekik/terpaksa.
* Disaat latihan kami anggap cukup, barulah si penyanyi kami arahkan untuk take vocal, proses rekaman pun dimulai. Pada umumnya jika latihan telah berjalan baik, biasanya si penyanyi akan sangat mudah melalui proses rekaman, paling-paling hanya sedikit mengarahkan ulang apabila ada ide yang tercetus secara mendadak pada saat take vocal.
Sampai saat ini, pola kerja seperti ini kami anggap paling efektif secara teknis dan pemakaian waktu, justru waktu yang paling banyak digunakan dalam satu shift rekaman adalah waktu untuk mengobrol santai ?, proses rekaman justru relatif cepat. Karena jika setelah melalui proses seperti yang saya jelaskan di atas, tapi si penyanyi masih tetap gugup saat take vocal, biasanya take vocal akan kami tunda sejenak, dan kembali ngobrol santai (tanpa ada kesan marah maupun kesal kepada penyanyi) sampai mood si penyanyi kami anggap telah siap untuk melakukan take vocal kembali.
Hal pertama yang paling penting, tanpa mengabaikan kemampuan tehnik vokal adalah :
“HILANGKAN PERSEPSI BAHWA REKAMAN ITU MENYERAMKAN, BAGAIKAN MASUK KE RUANG OPERASI DI RUMAH SAKIT.”
Seharusnya, di saat masuk studio rekaman, penyanyi harus dengan mood yang bagus, jauh dari stress, stamina yang baik, dan penguasaan lagu yang juga baik.
Tapi yang terjadi di lapangan pada umumnya, menurut pengalaman saya adalah :
Disaat penyanyi datang ke studio (khususnya bagi pemula), wajah dan tingkah laku gugup, pada saat take vocal, pitch tidak kontrol, jangkauan/range suara menyempit, seluruh tehnik bernyanyi seakan-akan tertinggal di rumah.Ini adalah salah satu kesalahan fatal dari penyanyi tersebut, sehingga hal ini membuat vocal director ataupun operator menjadi mudah marah, sering membentak, dan si penyanyi pun down mentalnya, semua seakan-akan terpaksa, tidak nyaman, dan sudah tidak tau mana yang bagus. Jadi siapa yang harus disalahkan, dan apa yang salah?
Pada kasus seperti ini, menurut saya, semua pihak salah ?. Si penyanyi terlanjur memiliki persepsi bahwa rekaman itu “menyeramkan”, si pencipta lagu tidak mau lagunya di ubah sedikit agar bisa disesuaikan dengan si penyanyi sedangkan si vocal director juga entah karna mengejar waktu atau hal lain, menjadi mudah marah dan kurang melihat dan mengerti kondisi mental si penyanyi.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang sering saya temui di studio lain, maka saya pun mengubah pola kerja kami dalam urusan take vocal ini.
Cara yang kami terapkan pada saat penyanyi datang ke studio untuk tujuan take vocal adalah:
* Membangun komunikasi 2 arah terlebih dahulu dengan si penyanyi, ngobrol santai di luar konteks urusan lagu, rekaman, dan hal-hal teknis lainnya;
* Disaat kami rasa bahwa komunikasi yang baik sudah mulai terbangun, baru kami arahkan ke masalah lagu, dengan cara berlatih dengan diiringi gitar maupun keyboard, dengan menggunakan nada dasar 2 nada dibawah nada yang kami anggap terbaik bagi si penyanyi tersebut.
* Maksud kami menurunkan 2 nada pada saat latihan adalah : agar si penyanyi lebih santai pada saat diarahkan mengenai tehnik menyanyikan lagu yang akan di bawakan, baik tehnik vibrasi, pernapasan, cengkok, improvisasi dan tehnik-tehnik lain yang kami anggap perlu untuk lagu tersebut.Disaat latihan sedang berjalan, perlahan kami akan menaikkan nada dasar lagu tersebut sedikit demi sedikit sampai pada nada dasar yang kami anggap terbaik untuk lagu dan penyanyi tersebut.
* Nada yang terbaik menurut kami BUKAN & TIDAK SELALU nada yang paling tinggi yang bisa dicapai penyanyi tersebut, TETAPI nada yang bisa menghasilkan warna suara (tone color/timbre) terbaik dari si penyanyi, sehingga si penyanyi bisa lebih leluasa untuk mengeksplorasi tehnik bernyanyinya pada lagu yang akan dibawakan dengan tetap mempertahankan warna suara terbaik tanpa harus terkesan tercekik/terpaksa.
* Disaat latihan kami anggap cukup, barulah si penyanyi kami arahkan untuk take vocal, proses rekaman pun dimulai. Pada umumnya jika latihan telah berjalan baik, biasanya si penyanyi akan sangat mudah melalui proses rekaman, paling-paling hanya sedikit mengarahkan ulang apabila ada ide yang tercetus secara mendadak pada saat take vocal.
Sampai saat ini, pola kerja seperti ini kami anggap paling efektif secara teknis dan pemakaian waktu, justru waktu yang paling banyak digunakan dalam satu shift rekaman adalah waktu untuk mengobrol santai ?, proses rekaman justru relatif cepat. Karena jika setelah melalui proses seperti yang saya jelaskan di atas, tapi si penyanyi masih tetap gugup saat take vocal, biasanya take vocal akan kami tunda sejenak, dan kembali ngobrol santai (tanpa ada kesan marah maupun kesal kepada penyanyi) sampai mood si penyanyi kami anggap telah siap untuk melakukan take vocal kembali.